Mengingat Video Anak-anak ISIS Bakar Paspor Hijau
Pro dan kontra pemualangan warga negara Indonesia (WNI) eks ISIS mengemuka lagi. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menolak mereka pulang. Seiring dengan itu, memori pembakaran paspor hijau Republik Indonesia terungkit kembali.
Peristiwa pembakaran paspor Indonesia menjadi argumen penolakan terhadap pulangnya eks ISIS ke Tanah Air. Argumen ini dikemukakan salah satunya oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo untuk menolak eks ISIS kembali ke Jawa Tengah.
"Jateng punya program khusus untuk deradikalisasi. Tapi yang di luar negeri itu jelas bukan tanggung jawab kami. Apalagi mereka sudah dengan sengaja membakar paspor WNI," tegas Ganjar melalui pesan singkat kepada wartawan di Semarang, Jumat (7/2/2020).
Hal yang sma juga dikemukakan Tenaga Ahli KSP Ali Mochtar Ngabalin. Dia mengutarakan ketidaksetujuannya terkait pemulangan WNI eks ISIS meski pemerintah mash melakukan kajian untuk aturan hukum WNI eks ISIS. Namun yang jelas, mereka sudah membakar paspor Indonesia.
"Karena kau sudah menyebutkan negara ini negara thagut, negara kafir. Dia merobek-robek, membakar-bakar paspornya. Makan itu kau punya paspor. Meskipun semua agenda-agenda ini kan ada regulasinya, ada aturannya," kata Ngabalin, Minggu (9/2).
Peristiwa WNI telah membakar paspor selama bergabung dengan ISIS juga diulas oleh politikus PDIP Charles Honoris. " Bagi mereka yang dari awal sudah jelas-jelas berkeinginan bergabung dengan ISIS, bahkan sampai membakar paspor, ini kan sudah jelas meninggalkna," kata Charles, Kamis (6/2).
Berita soal pembakaran paspor oleh ISIS mengemuka pada Mei 2016 silam. Saat itu, ada video yang menayangkan sejumlah anak berlatih menembak dan berperang. Anak-anak itu diduga ada yang berasal dari Indonesia.
Tak hanya berlatih menembak, anak-anak dalam video dengan bendera ISIS di sebelah kanan atas, juga membakar paspor berwarna hijau yang diduga ada paspor Indoensia. Selain paspor hijau, ada pula paspor berwarna merah yang dibakar dalam tumpukan di depan anak-anak berseragam tentara.
Kepala Biro Penerangan Masyrakat Polri (karo Penmas Polri) saat itu, Brigjen Agus Rianto, memastikan itu adalah video propaganda. Propaganda dikembangkan dengan tujuan meyakinkan orang agar menganut aliran atau sikap tertentu. Soal paspor hijau yang turut dibakar, saat itu Brigjen Agus Rianto belum memastikan. namun kara dia, itu bisa berpengaruh pada status kewarganegaraan mereka.
"Nanti kan itu berpengaruh pada kewarganegaraan yang bersangkutan," kata Agus, 20 Mei 2016 silam.
Kapolri saat itu, Jenderal Badrodin Haiti, menengarai anak-anak itu adalah gabungan dari anak-anak Asia Tenggara alias serumpun.
Menanggapi hal itu, ketum Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMMI) saat itu, Jimly Asshiddiqie, menyarankan agar pemerintah mencabut paspor pada WNI itu.

Comments
Post a Comment